Tembakau adalah salah satu tanaman komersial paling berharga di banyak negara.
Pengeringan adalah proses penting dalam budidaya tembakau, dan biasanya
membutuhkan tenaga kerja manual untuk memastikan kondisi pengeringan yang
tepat. Namun, metode pengeringan tradisional memakan waktu dan tenaga, yang
dapat menyebabkan penurunan hasil dan kualitas yang signifikan. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sistem otomatis pengeringan
tembakau menggunakan mikrokontroler Wemos D1 Mini dan sensor DHT22 dan
TSL2561. Sistem yang diusulkan terdiri dari mikrokontroler Wemos D1 Mini,
sensor DHT22, dan sensor TSL2561. Sensor DHT22 digunakan untuk mengukur
suhu, sedangkan sensor TSL2561 digunakan untuk mengukur intensitas cahaya.
Mikrokontroler Wemos D1 Mini digunakan untuk mengontrol sistem berdasarkan
pembacaan dari sensor. Sistem ini dirancang untuk secara otomatis menyesuaikan
sistem ventilasi dan pemanas di dalam atap pengering tembakau berdasarkan
pembacaan kelembaban dan intensitas cahaya. Performa sistem dievaluasi
berdasarkan waktu pengeringan dan kualitas tembakau yang dihasilkan. Selain itu,
sistem otomatis menyediakan lingkungan pengeringan yang lebih konsisten dan
terkontrol, yang menghasilkan produksi tembakau dengan kualitas lebih baik.
Kesimpulannya, sistem otomatis yang diusulkan untuk pengeringan tembakau
menggunakan mikrokontroler Wemos D1 Mini dan sensor DHT22 dan TSL2561
memberikan solusi yang efisien dan efektif untuk metode pengeringan manual
tradisional. Kemampuan sistem untuk memantau dan mengontrol lingkungan
pengeringan berdasarkan data real-time dari sensor menghasilkan produksi
tembakau yang lebih konsisten dan berkualitas lebih tinggi. Penelitian ini juga
melakukan analisis preventive maintenance pada sistem otomatis pengeringan
tembakau yang diusulkan. Hasil analisis menunjukkan bahwa MTTR dari sistem
otomatis pengeringan tembakau adalah sekitar 61 menit, sementara MTBF sekitar
2099 menit. Dari hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa sistem memiliki waktu
pemulihan yang relatif cepat dan memiliki waktu kerja yang lebih lama sebelum
terjadi kegagalan. Oleh karena itu, pemeliharaan preventif dapat dilakukan pada
sistem setiap 2099 menit untuk mencegah kegagalan dan mempertahankan
performa sistem.