Sistem Pendukung Keputusan Pendeteksi Dini Kejang Demam Pada Balita Berdasarkan Suhu Tubuh dan Detak Jantung Berbasis Internet of Things Menggunakan Metode Fuzzy Mamdani, Nanda Raditiya Akbar, NIM E41190200, Tahun 2023, 91 hlm., Teknik Informatika, Politeknik Negeri Jember, I Gede Wiryawan, S.Kom., M.Kom. (Pembimbing 1). Kejang demam adalah kelainan neurologis yang sering terjadi pada anak. Hal ini dikarenakan anak yang masih berusia dibawah umur 5 tahun sangat rentan terhadap berbagai penyakit disebabkan sistem kekebalan tubuh belum terbangun secara sempurna. Komplikasi umum kejang demam adalah anak dengan kejang demam akan merasa gemetar hebat pada seluruh tubuh dan kehilangan kesadaran. Dampak kejang demam Kejang berkepanjangan yang sering disertai henti napas (apneu) yang dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kadar oksigen dalam jaringan (hipoksia) sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Angka kejadian kejang demam di Indonesia pada tahun 2016 mencapai 2- 5%. Pada tahun 2017, sebesar 17,4% anak mengalami kejang demam dan mengalami peningkatan pada tahun 2018 dengan kejadian kejang sebesar 22,2%. Detak jantung normal anak usia 1-2 tahun adalah 80-130 kali per menit, detak jantung normal anak usia 3-4 tahun 80-120 kali per menit dan suhu tubuh yang normal adalah sekitar 36,5-37,5° Celcius. Sedangkan jika detak jantung 150 kali per menit dan suhu 38° Celcius, Maka anak sedang mengalami kejang demam. Suatu sistem pendukung keputusan pendeteksi dini kejang demam pada balita bisa mendeteksi dan memantau secara langsung, dengan melalui website sehingga data-data suhu tubuh dan detak jantung anak dapat setiap saat dipantau oleh dokter dan keluarga. Sistem akan memonitoring data dan akan memproses sehingga mampu memberikan informasi keputusan penyakit kejang demam.